HASIL OBSERVASI KE SEKOLAH
created by : Ayu Rachmawati (1020055)
1.1 Latar Belakang
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Belajar merupakan tugas utama siswa disamping
tugas-tugas yang lain. Keberhasilan dalam belajar bukan hanya diharapkan oleh
siswa yang bersangkutan, tetapi juga oleh orang tua, guru, dan masyarakat.
Tentu saja diharapkan bukan hanya berhasil, tetapi berhasil secara optimal.
Untuk itu diperlukan persyaratan yang memadai, yaitu persyaratan psikologis,
biologis, material, dan lingkungan social yang kondusif. Bila keberhasilan
merupakan dambaan setiap orang, maka kegagalan juga dapat terjadi pada setiap
orang. Dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa
yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara
lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit
pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan
belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai
hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis,
sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya
berada di bawah semestinya.
Beberapa wujud ketidak berhasilan siswa dalam belajar yaitu: memperoleh nilai
jelek untuk sebagian atau seluruh mata pelajaran, tidak naik kelas, putus
sekolah, dan tidak lulus ujian akhir.
Kegagalan dalam belajar tersebut berarti rugi waktu tenaga, dan juga biaya. Dan
tidak kalah penting aalah dampak kegagalan belajar pada rasa percaya diri.
Kerugian tersebut bukan hanya dirasakan oleh orang yang bersangkutan tetapi
juga oleh keluarga dan lembaga pendidikan. Oleh karena itu, upaya pencegahan
atau setidak tidaknya meminimalisir juga memecahkan masalah kesulitan belajar
melalui observasi dan diagnotis mengenai kesulitan belaar siswa merupakan
kegiatan yang perlu dilakukan.
1.2
Metodologi
Metode yang
saya lakukan dalam kegiatan observasi kali ini adalah dengan mengamati proses
belajar siswa, memberkan beberapa tes yang berkaitan dengan speaking, reading,
writing, dan listening untuk mengetahui kemampuan siswa.
1.3 Rumusan masalah
Pada perumusan masalah, penulis mencoba memfokuskan
permasalahan pada kelemahan dan ketidakmampuan siswa dalam berpikir atau dalam
menerima pelajaran bidang study bahasa Inggris (siswa yang kesulitan untuk belajar bahasa Inggris). Adapun fokus permasalahannya adalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian kesulitan belajar
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kesulitan
belajar siswa
3. usaha apa saja untuk memecahkan masalah tersebut
1.4
Tujuan penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah
ini adalah:
1.
mengetahui kesulitan apa yang dihadapi siswa
sehingga ia tidak mampu mengikuti pelajaran
bahasa Indonesia
2.
melakukan
observasi, pengamatan langsung pada objek untuk mengetahui masalah-masalah apa
yang dihadapi siswa khususnya siswa yang kesulitan belajar bahasa Indonesia
3.
memecahkan masalah/kendala-kendala yang dihadapi
saat proses bimbinga
4.
menjadikan siswa yang kesulitan belajar menjadi
mudah dan mau belajar dengan lebih baik dari sebelum diadakan bimbingan
1.5 Manfaat penulisan
Dengan dilakukannya observasi siswa/anak yang mengalami kesulitan belajar
bahasa Inggris atau
anak yang memiliki kekurangan dan ketidakmampuan dalam berpikir atau menerima
pelajaran, memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah:
1. memberi
kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan isi hatinya akan butuhnya perhatian
dari orangtua dan kita selaku pendidik, pembingbing dan orangtua
2. memberikan
perhatian atau mendapatkan perhatian khusus dari guru
3. memberikan/membangkitkan
semangat belajar siswa dan aktif dan tidak merasa minder lagi, jadi lebih
percaya diri dan membuang jauh-jauh rasa putus asa
4. setelah
mendapatkan bimbingan, setidaknya mereka akan mencoba dan berusaha untuk
menghadapi masalah yang mereka hadapi dengan bimbingan guru dan orangtua dan
berusaha untuk lebih baik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar
secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hamatan ataupun angguan dalam belajar.. Dalam
kegiatan pembelajaran disekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karekteristik
siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya
secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun disisi lain tidak
sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian secara
luas, diantaranya:
1.
Learning disorder / kekacauan belajar, adalah
keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu kerena timbulnya respons yang
bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi
yang dimiliki. Contoh: siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti
karate, sepak bola, basket, mungkin akan mengalami kesulitan dalam dalam
belajar menari yang menuntut gerakan lemah gemulai.
- Learning disfunction,
adalah gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi
dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya
subnormalitas mental, gangguan alat indera, atau gangguan psikologis
lainnya. Contoh: siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi
atletis dan sangat cocok menjadi atlit bola volley, namun karena tidak
pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai
permainan dengan baik.
- Under achiver, adalah siswa yang sebenarnya
memiliki potensi intelektual yang tergolong diatas normal, tetapi prestasi
belajarnya tergolong rendah. Contoh: siswa yang dites kecerdasannya dan
menunjukkan sangat unngul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya
biasa-biasa saja atau malah rendah.
- Slow learner / lambat bealajar,
adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan
waktu yang lebih lama dibanding siswa lainnya yang memiliki taraf potensi
intelektual yang sama.
- Learning disabilities / ketidakmampuan belajar,
adalah mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau
menghindari bealajar, sehingga hasil belajar berada dibawah potensi
intelektualnya.
B. Faktor yang
Mempengaruhi Kesulitan dalam Belajar
Perubahan tingkah laku merupakan
salah satu tujuan belajar, namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kesulitan dalam belajar. Faktor
yang mempengaruhi kesulitan dalam belajar ada 2 macam, yaitu :
1. Faktor Intern
Faktor intern merupakan faktor
yang berasal dari dalam individu sendiri, misalnya kematangan, kecerdasan,
motivasi dan minat.
a. Kematangan
Karena kematangan mentalnya
belum matang, kita akan sukar mengajarkan konsep-konsep ilmu Filsafat kepada
siswa sekolah dasar. Pemberian materi tertentu akan tercapai apabila sesuai
dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu atau siswa. Oleh karena
itu, baik potensi jasmani maupun rohaninya perlu dipertimbangkan lagi
kematangannya.
b. Kecerdasan (IQ)
Keberhasilan individu
mempelajari berbagai pengetahuan ditentukan pula oleh tingkat kecerdasannya,
misalnya, suatu ilmu pengetahuan telah cukup untuk dipelajari oleh seseorang
individu dalam taraf usia tertentu. Tetapi kecerdasan individu yang
bersangkutan kurang mendukung, maka pengetahuan yang telah dipelajarinya tetap
tidak akan dimengerti olehnya. Demikian pula dalam hal-hal yang lain, seperti
dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, misalnya memasak dan membuat mainan
sederhana, dalam tingkat yang sama tidak semuanya individu mampu mengerjakannya
dengan baik.
c. Motivasi
Motivasipun menentukan
keberhasilan belajar. Motivasi merupakan dorongan untuk mengerjakan sesuatu. Dorongan tersebut ada yang datang dari
dalam individu yang bersangkutan dan ada pula yang datang dari luar individu
yang bersangkutan, seperti peran orang tua, teman dan guru.
d. Minat
Minat belajar dari dalam individu
sendiri merupakan faktor yang sangat dominan dalam pengaruhnya pada kegiatan
belajar, sebab kalau dari dalam diri individu tidak mempunyai sedikitpun
kemauan atau minat untuk belajar, maka pelajaran yang telah diterimanya
hasilnya akan sia-sia. Otomatis pelajaran tersebut tidak masuk sama sekali di
dalam IQ-nya.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern erat kaitannya
dengan faktor sosial atau lingkungan individu yang bersangkutan. Misalnya
keadaan lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat , guru dan alat peraga yang
dipergunakan di sekolah.
a. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga pun sangat
menentukan keberhasilan belajar. Status ekonomi, status sosial, kebiasaan dan
suasana lingkungan keluarga ikut serta mendorong terhadap keberhasilan belajar.
Suasana keluarga yang tentram dan damai sangat menunjang keharmonisan hubungan
keluarga. Hubungan orang tua dan anak akan dirasakan saling memperhatikan dan
melengkapi. Apabila anak menemukan kesulitan belajar, dengan bijaksana dan
penuh pengertian orang tuanya memberikan pandangan dan pendapatnya terhadap
penyelesaian masalah belajar anaknya.
b. Lingkungan Masyarakat
Peran masyarakat sangat
mempengaruhi individu dalam belajar. Setiap pola masyarakat yang mungkin
menyimpang dengan cara belajar di sekolah akan cepat sekali menyerap ke diri
individu, karena ilmu yang didapat dari pengalamannya bergaul dengan masyarakat
akan lebih mudah diserap oleh individu daripada pengalaman belajarnya di
sekolah. Jadi peran masyarakat akan dapat merubah tingkah laku individu dalam proses
belajar.
c. Guru
Peran guru dapat mempengaruhi
belajar. Bisa dilihat dari cara guru mengajar kepada siswa, hal ini sangat
menentukan dalam keberhasilan belajar. Sikap dan kepribadian guru, dasar
pengetahuan dalam pendidikan, penguasaan teknik-teknik mengajar, dan kemampuan
menyelami alam pikiran setiap individu siswa merupakan hal yang sangat penting.
Oleh karena itu, guru sebagai motivator, guru sebagai fasilitator, guru sebagai
inovator, dan guru sebagai konduktor masalah-masalah individu siswa, perlu
menjadi acuan selama proses pendidikan berlangsung.
d. Bentuk Alat Pelajaran
Bentuk alat pelajaran bisa
berupa buku-bukun pelajaran, alat peraga, alat-alat tulis menulis dan
sebagainya. Kesulitan untuk mendapatkan atau memiliki alat-alat pelajaran secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar
siswa. Siswa akan cenderung berhasil apabila dibantu oleh alat-alat pelajaran
yang memadai. Alat pelajaran tersebut akan menunjang proses pemahaman anak.
Misalnya, melalui praktek sederhana dari materi pelajaran yang telah mereka
pelajari
e. Kesempatan Belajar
Kesempatan belajar merupakan
faktor yang sedang diupayakan Pemerintah melalui Wajib Belajar (Wajar)
Pendidikan Dasar 9 Tahun yang mulai dicanangkan tahun pelajaran 1994/1995.
Pencanangan Wajar tersebut merupakan alternatif pemberian kesempatan kepada
para siswa, terutama bagi mereka yang orang tuanya berekonomi kurang mampu.
Seorang anak yang tidak memiliki kesempatan belajar karena secara ekonomis
kurang mampu, tetapi di sisi lain anak tersebut berintelegensi tinggi, maka ia
akan menemukan hambatan dalam penyaluran aspirasi cita-citanya secara utuh.
Walaupun motivasi begitu tinggi untuk mencapai tujuan yang diinginkannya,
tetapi apabila tidak didukung oleh ekonomi yang cukup, maka akan menemukan
kendala yang relatif serius. Begitu pula sebaliknya, seorang anak dari keluarga
yang mampu, memiliki intelegensi yang tinggi, bersekolah di sekolah favourit,
dan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang serba ada, belum tentu dapat belajar
dengan baik, sebab masih ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi anak
tersebut untuk belajar dengan baik, seperti motivasi belajar, keharmonisan
lingkungan keluarga, jarak dari rumah ke sekolah yang cukup jauh sehingga
melelahkan, perhatian khusus dari guru kelas, serta hal-hal lain yang
memungkinkan ketidak berhasilan siswa tersebut.
Fenomena lain kesulitan
belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik
atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan
munculnya kelainan perilaku siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam
kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah dan sering minggat
dari sekolah. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti :
1) Rendahnya kemampuan
intelektual anak
2) Gangguan perasaan / emosi
3) Kurangnya motivasi untuk
belajar
4) Kurang matangnya anak untuk
belajar
5) Usia yang terlalu muda
6) Latar belakang sosial yang
tidak menunjang
7) Kebiasaan belajar yang kurang
baik
8) Kemampuan mengingat yang rendah
9) Terganggunya alat-alat indera
10) Proses belajar mengajar yang
tidak sesuai
11) Tidak adanya dukungan dari
lingkungan belajar.
C. Hasil Observasi
Nama lengkap : Bagas Prasetya M
Nama Panggilan : Bagas
Umur : 14 tahun
Alamat : Desel Sadeng Gunungpati Kota Semarang
Pendidikan : MTS Al-Hidayah
Kelas : VIII
Jenis kelamin : Laki-laki
Berikut hasil observasi nya melalui tes speaking, writing, reading, dan
listeningnya :
Karekteristik akademik:
ü Objek dikelas adalah siswa yang tergolong kurang pandai, mulai dari
penerimaan materi pelajaran, penugasan, maupun ketrampilan lain.
ü Orang tuanya kurang memperhatikan perkembangan belajar bahasa inggis
anaknya di sekolah maupun di rumah.
ü Ia sering disibukkan dengan kegiatan selain belajar, seperti bermain sepak
bola, dan volly. Sehingga minat belajarnya kurang.
ü Setiap kali gurunya menyuruh tampil di depan kelas untuk berbicara dan
mengerjakan soal bahasa inggris ia selalu tidak bisa. .
ü Tingkat kecerdasan / IQ nya diperkirakan dibawah rata-rata, sayangnya belum
pernah dites, dan orang tuanya memaksakan dia sekolah, di sekolahan biasa.
Kemampuan membaca:
ü Membaca teks bahasa inggris kurang fasih .
ü Pengucapannya seperti berbicara dalam bahasa Indonesia
ü
Berhenti
semaunya, tidak mengikuti tanda baca.
ü Tidak bisa mengartikan teks ke dalam bahasa Indonesia dengan menyeluruh.
Banyak kata yang ia tidak tahu artinya.
ü Tidak bisa memahami apa yang dibaca.
ü Suaranya pelan, dan kurang jelas.
Kemampuan menulis:
ü Sikap dalam menulis tidak tenang, banyak bergerak
ü
Mengalami
kebingungn menuliskan kembali kata bahasa inggris yang telah diucapkan oleh
guru
ü
Terdapat banyak
kesalahan dalam penulisan kata dan grammar dalam mengerjakan soal
ü
Kesalahan
jawaban karena kurang memahami soal
ü
Kadangkala
tidak memberi spasai, titik, koma, dan tanda baca lainnya
ü Sering ada coretan
ü Tidak menggunakan huruf besar diawal kalimat .
Kemampuan berbicara
ü Memperkenalkan diri menggunakan bahasa inggris kurang lancar.
ü Menjawab pertanyaan dengan ragu-ragu karena tidak banyak kosakata yang ia
hafal.
ü Berbicara dengan sedikit gugup dan malu.
Kesimpulan mengenai karekteristik objek
Objek adalah seseorang yang mengalami learning
disfunction, slow learner, dan learning disabilities. Ia jarang belajar
bahasa inggris selain di sekolah, tidak pernah berlatih menggunakan bahasa
inggris kecuali saat diminta gurunya. Menurut wali kelasnya, objek lambat dalam
menerima pelajaran yang diberikan, membutuhkan waktu untuk memahami materi yang
diajarkan. Selain itu, siswa tidak terlalu berminat dalam mengikuti pelajaran
bahasa inggris, ditunjukan dengan sikap siswa yang kurang memperhatikan guru
dan banyak mengobrol dengan teman saat pelajaran berlangsung.
D. Cara
Pemecahan kesulitan belajar yang dialami siswa
Strategi yang
mungkin bisa dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan belaar yang dialami siswa
:
1)
Mengajarkan cara membaca kata dalam bahasa Inggris dengan
benar, misalnya mulai dari pengenalan
dan cara membaca huruf – huruf dalam bahasan Inggris, pengenalan tanda baca,
seperti titik dan koma, dan mengajarinya sedikit semi sedikit sampai paham.
2)
memperkenalkan kata-kata yang sederhana
yang telah diketahui oleh anak didik, kemudian memperkenalkan benda-benda mulai
dari benda-benda yang ada di dalam kelas, dirumah dan luar kelas, Alat peraga
dan kamus yang dapat digunakan sewaktu-waktu sangat diperlukan, misalnya untuk
menjelaskan dan mengartikan kata-kata sulit dalam bahasa asing,
3)
Memberikan tugas menghafal beberapa kata kata – kata
sederhana dalam sehari.
4)
Objek
diminta untuk mengucapkan dan menulis kata-kata yang telah dihafalnya.
5)
Mengajarkan
pola-pola kalimat sederhana.
6)
Membaca wacana dan menjawab pertanyaan. Guru memulai
membaca dan diikuti oleh siswa. Membaca wacana tanpa gambar guru dan siswa
membaca bersama, kemudian secara bertahap guru memperkecil volume suaranya. Pada
pelajaran membaca di kelas, diberi giliran membaca paling akhir agar ia dapat
mendengarkan teman-temannya terlebih dahulu.
7)
Banyak memberikannya kesempatan untuk berlatih bahasa
Inggris di kelas. Seperti : memperkenalkan diri, menceritakan kegiatan yang
paling ia suka, dan menyanyikan lagu dalam bahasa Inggris.
8)
Objek diminta untuk menceritakan kembali secara runtut dari
apa yang telah diceritakan guru
9)
Objek diminta untuk bercerita, baik secara lisan maupun
tertulis, tentang kejadian yang baru dialaminya
10)
Memberikan bantuan gambar pada saat menjelaskan suatu
konsep.
11) Mengajar kreatif
dan menyenangkan (uantum teaching) sehingga siswa lebih tertarik dan tidak
bosan.
BAB III
PENUTUP
Prestasi
belajar yang memuasan dan dapat diraih oleh setiap anak jika mereka dapat
belajar secara wajar, sebaliknya kegagalan dapat mereka alami jika anak didik
berada dalam kondisibelajar yang tidak wajar, dikarenakan adanya hambatan
gangguan, maupun ancaman yang disebut dengan kesulitan belajar. Beberapa factor yang dapat mempengaruhi
kesulitan belajar adalah factor intern, yaitu faktor yang berasal dari
dalam individu sendiri dan
factor ekstern yaitu factor yang erat kaitannya dengan faktor sosial
atau lingkungan individu yang bersangkutan. Pemecahan dan solusi yang tepat yang dapat membantu siswa keluar dari
masalah kesulitan belajar
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri.
1999. Guru Dan Anank Didik dalam
Interaksi Edukatif. Jakarta Rineka
Cipta.
------------------------------.
2008. Psikoogi Belajar. Jakarta.
Rineka Cipta.